Jun12

Tags

Related Posts

Youth Exchange and Study

FacebookTwitterGoogle+Share

Bersahabat dan Bertukar Budaya Melalui Program YES

Sebanyak 85 orang pelajar dari seluruh daerah di Indonesia terpilih menjadi peserta program Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study (YES), yang akan tinggal dan belajar di sekolah-sekolah di AS selama satu tahun.

Program Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study (YES), bertujuan meningkatkan pemahaman dan kerjasama, antara masyarakat Amerika Serikat dengan masyarakat negara-negara berpenduduk mayoritas muslim.

Youth Exchange Study

Peserta YES foto bersama sebelum menerima Visa untuk belajar di Amerika Serikat selama setahun, di kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya. (Foto: VOA/Petrus)

Sebanyak 23 orang pelajar dari daerah-daerah di Indonesia Timur, seperti Surabaya, Malang, Makasar, Denpasar, Mataram, Ambon, Kupang dan Gorontalo, memenuhi kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Kamis (12/6), untuk menjalani wawancara visa dengan Konsul Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Joaquin F. Monserrate, sebelum berangkat mengikuti program Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study (YES).

Berbagai seleksi harus dijalani para peserta terpilih, bersaing dengan sekitar 7.800 peserta seleksi dari seluruh Indonesia. Ni Kadek Ayu Feril Natalia, peserta terpilih asal Kupang, Nusa Tenggara Timur menuturkan, salah satu tes selaksi yang harus dilalui yaitu dengan membuat esai mengenai apa yang akan dilakukan dirinya bila menjadi seorang Kepala Daerah.

“Kalau aku misalnya jadi Kepala Daerah di Kupang, di Kupang kan termasuk daerah yang bisa dibilang masih terbelakang kan, jadi kita ingin bisa membangun, padahal orang Kupang itu punya potensi yang sangat besar, kan banyak orang Kupang yang sudah keluar negeri untuk kuliah disana,” kata Ni Kadek Ayu Feril Natalia, Peserta YES asal Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Selain tes wawasan dan kemampuan berbahasa Inggris, kemampuan untuk memahami dan menjalankan budaya daerahnya menjadi salah satu faktor yang harus dimiliki para peserta.

“Terutama kultur dari Surabaya asli, yaitu ya tari-tarian, atau musik, musik yang kayak musik-musik Campursari atau gimana, atau tarian Remo atau semacamnya, itu yang akan kita bawa nanti lebih pada kultur,” kata Mohammad Reza Madian, Siswa Madrasah Aliyah Amanatul Ummah Surabaya.

Mohammad Ikmal Payakoh peserta asal SMA Negeri Siwalima, Ambon, mengungkapkan keinginannya untuk menimba banyak ilmu dari kesempatannya belajar di Amerika Serikat. “Harapan saya, pertama kesana saya bisa beradaptasi dengan baik, kemudian bisa menarik begitu banyak pengalaman, kemudian perbedaan-perbedaan kualitas pendidikan yang ada disana, dan kemudian saya bisa kembali disini, saya bisa berbagi pengalaman dengan teman-teman saya. Mungkin dengan sharing yang nanti akan saya bagikan saya bisa berkontribusi untuk mungkin sedikit mengubah sistem belajar kita, tentunya ke jalan yang lebih positif,” ungkapnya.

Sementara itu alumni YES 2007-2008 asal Surabaya, Eka Deviana Putri mengatakan, program pertukaran pelajar ini memberinya banyak masukan dan pengetahuan mengenai hal-hal yang baik di Amerika Serikat, seperti kebiasaan dan budaya hidup sehari-hari yang dapat di adopsi menjadi suatu budaya yang baik di Indonesia.

Youth Exchange Study

“Persamaan dengan Indonesia sih sebenarnya sama dari segi pergaulan, gak ada yang orang itu kelompok paling tinggi terus kelompok paling bawah. Pergaulannya itu semua sama, tergantung dari kita bagaimana berkomunikasi dengan orang lain. Perbedaannya lagi kalau di Amerika itu, sistemnya itu jelas, ketat. Jadi kalau misalnya anak dibawah 16 tahun ya gak boleh nyetir, gak punya SIM ya gak boleh nyetir. Dan saat nyetir mobil pun harus pakai save belt dan lain-lain. Mobil sedan yang isi empat ya harus diisi empat (orang), itu benar-benar hal kecil, yang benar-benar mereka terapkan, karena kalau tidak diterapkan mereka bisa kena sanksi,” jelas Eka Deviana Putri.

Konsul Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Joaquin F. Monserrate mengutarakan, bahwa program ini diharapkan menjadi kesempatan bagi pelajar dari kedua negara, untuk saling mengenal dan berbagi wawasan mengenai budaya serta nilai-nilai yang dimiliki sebagai bentuk upaya menjalin persahabatan antar manusia di dunia.

“Kami mau menciptakan antar kedua masyarakat, yang tidak termasuk pemerintah, tidak termasuk politik, hanya suapaya mereka para muda bisa menciptakan hubungan yang mungkin bisa berlangsung sepanjang hidup. Harapan saya mungkin dari 10 tahun yang berikutnya, house family atau teman dari SMA dari Amerika bisa mengunjungi mereka disini, bisa ke Kendari, bisa ke Ambon, bisa menikmati daerah-daerah Indonesia masing-masing,” jelas Joaquin F. Monserrate.

sumber: Petrus Riski / VOA News

============================

Selamat! 23 Pelajar Indonesia Terpilih Untuk Kampanyekan Indonesia Ke Warga AS

Konsul Jenderal AS di Surabaya Joaquin F Monserrate menilai 23 pelajar SMA dari Jawa Timur dan Indonesia Timur yang terpilih menjadi peserta program “YES” (Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study) adalah duta untuk memperkenalkan Indonesia secara langsung kepada masyarakat Amerika.

“Mereka (peserta YES) sangat penting, karena proses pengalaman dan pengenalan dari generasi yang sangat muda (pelajar SMA) akan menjadi duta yang akan memperkenalkan Indonesia kepada orang-orang Amerika,” katanya saat menerima 23 peserta program YES yang mengikuti aplikasi visa di konsulat setempat.

Ke-23 pelajar SMA yang menjadi peserta YES 2014-2015 adalah tiga pelajar dari Surabaya, lima pelajar dari Malang, empat pelajar Makassar, dua pelajar Denpasar, dua pelajar Mataram, empat pelajar Ambon, dan tiga peserta “Outreach Initiative” dari Kupang dan Gorontalo. Mereka akan berangkat ke Amerika pada 8 Agustus mendatang.

Youth Exchange Study

Menurut Joaquin F Monserrate, keberadaan peserta YES juga akan membuat pemuda-pemuda AS mengenal Indonesia dari orang Indonesia sendiri, sebab para peserta YES yang se-Indonesia ada 85 pelajar SMA itu akan disebar ke seluruh negara bagian di AS.

“Jadi, pengenalan itu terjadi antarmasyarakat, bukan melalui pemerintah atau politisi, melainkan anak-anak muda yang bisa menciptakan hubungan sepanjang hidup pada saat mereka akan menjadi pemimpin negaranya,” katanya.

Bahkan, katanya, orang tua asuh mereka di Amerika atau keturunan akan bisa datang ke Indonesia dalam sepuluh tahun ke depan. “Hubungan itu mungkin saja terjadi, karena mereka melakukan studi dan bermukim di Negeri Paman Sam selama setahun,” katanya.

Secara terpisah, pelajar SMAN 3 Kupang, Ni Kadek Ayu Verina Natalia, mengatakan orang Amerika selama ini mungkin hanya mengenal Bali, karena itu dirinya akan mempromosikan Kupang kepada orang-orang Amerika.

“Mereka harus tahu bahwa Indonesia itu bukan hanya Bali, sebab Kupang juga punya potensi, meski mungkin sekarang masih terbelakang,” kata pelajar kelas 2 SMA yang menyiapkan alat musik Sasando, tarian Rabeka, kain ikat, dan seni budaya NTT lainnya untuk dibawa ke AS.

Selain itu, gadis berdarah Bali dan Timor (Kupang) itu pun akan mengenalkan agama lain yang dipandang orang asing bahwa Indonesia adalah mayoritas Muslim. “Itu betul, tapi Hindu juga ada, nanti akan saya kenalkan diri saya,” kata pelajar yang juga pemeluk Hindu.

Ditanya tentang restu orang tua kepadanya, pelajar yang akan bermukim di Alexandria, Virginia, selama setahun itu mengaku orang tuanya justru sangat bangga. “Itu karena saya merupakan keturunan pertama mereka yang bisa ke luar negeri,” katanya, tersenyum.

Sementara itu, alumni Program YES 2007-2008, Eka Deviana Putri, mengatakan kehidupan selama setahun di Amerika juga akan memberitahukan kepada masyarakat Indonesia bahwa orang AS itu tidak “lebay” atau “sok jagoan” seperti dalam film yang ada.

“Di sekolah, kita juga akan tahu bahwa mata pelajaran di Amerika itu tidak dikotak-kotak dengan bidang studi IPA dan IPS, melainkan pada pilihan bidang studi yang bersifat pengembangan diri, seperti komputer, seni, olahraga,” kata Selain itu, alumni SMAN 6 Surabaya dan Prodi Hubungan Internasional Unibraw Malang (2013) itu mengaku masyarakat Amerika juga banyak mengajarkan sistem. “Kalau mobil hanya berisi empat penumpang, maka saya juga tidak bisa ikut numpang,” katanya.

Dalam kesempatan itu, koordinator “Bina Antarbudaya” yang menangani program YES, Fery Cokroaminoto, menegaskan bahwa 23 pelajar dari wilayah Konjen AS di Surabaya itu akan bergabung dengan 62 pelajar yang diproses lewat Kedubes AS di Jakarta.

“Mereka akan bergabung pada 8 Agustus dan akan bersama-sama berangkat ke Amerika pada 11 Agustus mendatang. Ke-85 pelajar itu merupakan pelajar pilihan yang diseleksi dari 7.800 pelajar se-Indonesia,” katanya.

Sumber: rim/atr/fr