Tags

Related Posts

Seminar Asia Leadership Trek III

FacebookTwitterGoogle+Share

Menlu RI Bahas Keterlibatan Diplomasi Indonesia dengan Akademisi – Akademisi Terbaik di Dunia

Menlu RI Marty Natalegawa menyambut 150 peserta Seminar Asia Leadership Trek III di Gedung Pancasila, Kemlu RI (25/06).

Bekerja sama dengan Universitas Harvard dibawah Centre for Asia Leadership Initiatives, seminar dengan tema New Perspective on Effective Leadership, Strategy and Persuasion ini merupakan bagian dari rangkaian tur politik dan sosio-ekonomi yang telah dilaksanakan di 6 enam kota selama 3 minggu: bermula di Tokyo dan berakhir di Jakarta.

Seminar Asia Leadership

Asia Leadership Trek III di Gedung Pancasila, Jakarta. (Credit: kemlu/rudi/25/06/14)

Acara dimulai dengan sambutan singkat oleh Direktur Diplomasi Publik (Diplik) Al Busyra Basnur, yang melaporkan bahwa dari total 150 peserta seminar, empat puluh datang dari beberapa universitas terbaik di dunia: Universitas Harvard, MIT dan Tufts Fletcher School of Law and Diplomacy, sementara seratus sepuluh adalah kombinasi diplomat muda Indonesia dan perwakilan dari berbagai organisasi kepemudaan dan universitas di Indonesia.

Presiden dari Centre of Asian Leadership Initiatives, Samuel Kim menyampaikan rasa terima kasih dan kekagumannya akan apa yang disebutnya sebagai “Indonesian Hospitality.”

“Sejak hari pertama, kami telah disambut dengan sangat ramah. Kami bertemu dengan para individual yang menjalankan negara ini, mulai dari pejabat publik sampai dengan pengusaha kelas kakap. Kami mengalami diskusi yang sangat menarik tentang tantangan dan kesempatan yang dihadapi Indonesia, salah satu rising star di Asia.”

Mengambil pendekatan berbeda, Menlu Marty meneruskan acara tidak dengan sambutan, tapi dengan melakukan dialog dan diskusi interaktif dengan para peserta seminar.

“Non-Aligned Movement (NAM) meski tampaknya sudah outlived its purpose,”kata Menlu Marty, menanggapi pertanyaan dari peserta asal Maroko.

“Dewasa ini, NAM merupakan gerakan yang menentang apa? Namun, Indonesia melihat bahwa NAM masih sangat relevan, walau tidak dalam classical sense. NAM adalah gerakan yang mendukung independent decision-making, tanpa tekanan dari pihak mana pun, melalui proses yang hanya melihat kebaikan dan kekurangan dari suatu keputusan.”

Menlu Marty juga menekankan peran Indonesia dalam mendemonstrasikan sifat saling melengkapi (complementary) dari nilai – nilai Islamis dan demokrasi yang salah satunya diwujudkan dengan keanggotaan Indonesia di OKI. “Sebagai negara dengan populasi Islam terbesar, Indonesia ingin menunjukkan bahwa Islam, nilai – nilai modern dan demokrasi bisa berjalan hand in hand. Di dalam OKI, Indonesia menjalankan semua itu dibawah kerangka kerja sama Islamis. Nilai – nilai demokrasi, modern dan Islamis tidaklah bertentangan, namun saling melengkapi.”

Keamanan di Kawasan dan Security as Common Goods

Salah satu topik yang sangat hangat dibahas adalah komitmen Indonesia untuk tidak mengkotak – kotakkan diri. “Saat ini, banyak singkatan – singkatan baru bermunculan, seperti BRIICS (Brazil, Rusia, India, Indonesia, China dan South Africa). Namun, Indonesia memilih untuk tidak terpaku pada kategori – kategori seperti middle atau emerging markets. Indonesia tidak ingin memaksa diri ke dalam satu kategori, seperti mengenakan straitjacket. Indonesia ingin menghubungkan kepentingan yang ada, bergerak dengan fluid, tergantung akan isu yang sedang menjadi topik.”

Menanggapi pertanyaan mengenai gejolak di kawasan, Menlu Marty mengatakan “Banyak ketegangan terjadi di kawasan Asia dewasa ini. Ada fenomena trust deficit yang terjadi, terlepas dari upaya confidence building effort yang sudah terjadi selama bertahun – tahun. Persengketaan wilayah dengan akar masalah yang terjadi berdekade – dekade silam, serta adanya perubahan di geo-ekonomi dan geo-politik.”

Seminar Asia Leadership

“Namun Indonesia sudah merespon dengan mengajukan Indo-Pacific Treaty of Amity and Cooperation yang berbasiskan pada non-use of force dan peaceful settlement of dispute. “ Menlu Marty menegaskan.

“Saat ini, yang dibutuhkan kawasan adalah security sebagai common goods. Jangan sampai ada satu negara yang mendominasi kawasan. Indonesia mengusahakan terjadinya common security, bukan collective security dimana satu ancaman terhadap satu negara menjadi ancaman bagi semua, tapi suatu rasa aman yang bisa dinikmati oleh semua negara. Indonesia tidak menginginkan adanya rasa aman bagi suatu negara, namun didapatkan at the expense of others.”

Menlu Marty menutup diskusi dengan penekanan mengenai ASEAN. “Sebagai salah satu negara yang cukup besar di ASEAN, Indonesia selalu going extra miles to ensure the common ownership. Indonesia menginginkan ASEAN yang kuat, yang hadir dengan nyata di aspek kehidupan masyarakat semua negara anggota, bukan ASEAN menurut versi satu negara anggota saja.”

“Indonesia sudah mengusahakan visi ASEAN pasca 2015 sejak tahun 2011 melalui Bali Concord III. Sekarang, Indonesia sudah mengajukan dua gol dalam ASEAN Development Goals dan kami sangat mengharapkan inisiatif negara sahabat lain di ASEAN untuk mengajukan gol lain yang saling melengkapi.”

Setelah dibuka Menlu RI dengan acara bincang-bincang, para peserta mengikuti workshop yang terdiri dari tiga tema, yaitu Adaptive Leadership, The 5 Secrets of Powerful Public Speakers and Persuasions serta Negotiation: Deal of No Deal, High Stakes Negotiation. Workshop berlangsung selama satu hari di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kemlu RI.

Berbagai tanggapan positif diungkapkan peserta seminar seusai mengikuti berbagai workshop dimaksud. Sebagaian mengakui bahwa kegiatan ini telah memberikan pemahaman mengenai sikap dan teknik berbicara efektif di depan publik untuk menghasilkan presentasi persuasif.
Peserta lainnya mengungkapkan bahwa workshop dimaksud telah semakin memberikan kemampuan penguasaan seni dan keterampilan negosiasi serta kepemimpinan yang sangat berguna dalampengambilan keputusan terhadap berbagai tantangan yang mereka hadapi dalam lingkungan professional mereka melalui analisis berbagai skenario negosiasi yang kompleks dengan mengedepankan berbagai strategi negosiasi yang kompetitif dan kooperatif.

(sumber: Dit.Diplik/Dit.Infomed/Dit. Polkam ASEAN/VKH)