Jun10

Tags

Related Posts

Raeni Anak Tukang Becak

FacebookTwitterGoogle+Share

Anak tukang becak jadi wisudawan terbaik

Tak ada yang tak mungkin diraih bila telah dilakukan dengan kerja keras. Meski hanya anak tukang becak, Raeni membuktikan ia bisa menjadi orang yang pintar

AIR mata tak kuasa dibendung Mugiyono, 55, saat becak yang dikayuhnya sampai di depan Auditorium Universitas Negeri Semarang (Unnes), Selasa (10/6). Ia segera menurunkan penumpang istimewa, anaknya sendiri, Raeni. Mahasiswi Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Unnes ini akan menjalani upacara wisuda bersama 1.052 mahasiswa dan mahasiswi lainnya.

Raeni anak tukang becak

Kedatangan Raeni yang naik becak dengan dikayuh Mugiyono langsung menarik perhatian tamu undangan. Sebab, biasanya calon wisudawan dan wisudawati datang menggunakan mobil, tapi kali ini ada yang naik becak.

Mugiyono mengaku, sengaja mengantar anaknya wisuda menggunakan becak dari tempat kosnya di Kampung Kalimosodo, Sekaran. Sementara becak kesayangannya juga sengaja dibawa beberapa waktu lalu dari Kendal menggunakan kendaraan. ”Ini becak saya asli kemarin saya bawa menggunakan jasa angkutan truk,” katanya.

Begitu turun dari becak, warga RT 01 RW 02 Desa Langenharjo Kabupaten Kendal ini langsung disambut Rektor Unnes Prof Fatkhur Rokhman. Mereka bersama-sama masuk auditorium. Air mata Mugiyono menetes lagi saat ia disalami dan dirangkul rektor karena Raeni menjadi lulusan terbaik program sarjana Unnes. Penerima beasiswa Bidikmisi ini lulus dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) nyaris sempurna, yakni 3,96 dari indeks 4,00. Raeni menyelesaikan pendidikan sarjananya dengan masa studi 3 tahun 6 bulan 10 hari.

”Anak saya dua, perempuan semua. Anak pertama lulusan SMA dan sudah bekerja dan Raeni anak kedua saya. Saya bersyukur anak saya diwisuda hari ini (kemarin, Red). Terima kasih pada Tuhan, pemerintah dan Unnes,” ujar Mugiyono yang datang bersama istrinya, Sujamah.

Raeni saat diwawancarai sejumlah wartawan begitu turun dari becak, kelihatan berbinar-binar matanya. Mahasiswi angkatan 2010 ini bercerita saat duduk di bangku SMP 3 Patebon Kendal, bercita-cita ingin menjadi guru. Keinginan ini masih terpatri hingga ia menempuh pendidikan di SMK Negeri 1 Kendal dengan mengambil program studi ekonomi.

Tapi saat ini, cita-cita perempuan kelahiran Kendal 13 Januari 1993 ini berubah. Raeni ingin menjadi dosen. Untuk mewujudkannya, setelah lulus ia ingin melanjutkan pendidikan S-2 dengan beasiswa Bidikmisi atau beasiswa unggulan yang ditawarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraih ranking I dan II saat di SMP dan SMK ini juga sedang memikirkan keinginan Unnes agar ia menempuh studi S-2 di luar negeri, misalnya di Jepang.

”Saya akan berpikir dan minta pendapat orang tua saya nantinya program apa yang akan saya pilih, semua akan saya lakukan manakala dapat restu dari orang tua saya,” ujar Raeni yang punya hobi baca dan melakukan penelitian ini.

Keinginan Raeni ini sejalan dengan apa yang dipikirkan Fathur Rokhman. Ia ingin Raeni menempuh pendidikan S-2 di luar negeri, dan Unnes berencana mengakomodasi kebutuhan studinya. Setelah lulus, Raeni bisa mengabdi sebagai dosen di almamaternya, Unnes. ”Mengajar beberapa tahun lalu studi lagi S-3, sehingga bisa berkarya sebagai dosen dengan jenjang studi tertinggi atau doktor,” kata Fathur Rokhman.

Prestasi Raeni di Unnes memang menonjol. Pada 2013 lalu, ia terpilih menjadi mahasiswa berprestasi FE Unnes. Raeni juga berhasil meraih gelar juara 1 Lomba Karya Tulis Ekonomi Islam 2013. Pada semester I menempuh pendidikan di Unnes, ia berhasil meraih IPK sempurna, 4,00. Semester berikutnya IPK yang dikumpulkan turun sedikit, 3,98. Penerima beasiswa Bidikmisi ini berkesempatan bertemu dengan Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh.

Bagi Raeni, tip agar bisa mendapat IPK di atas 3,9 antara lain belajar, berdoa dan mudah penasaran. Ia juga menambahkan doanya tidak cukup doa biasa, tetapi doanya harus plus plus, plus amalan-amalan lain, puasa, salat malam, dan juga tadarus. ”Yang tidak kalah penting niatnya belajar untuk mendapatkan rida Allah.”

Sumber: Eko Wahyu Budiyanto / Radar Semarang

===============================

‘Becak’ driver’s child named best graduate

Mugiyono, a becak (pedicab) driver in the Central Java city of Semarang, burst into tears when his youngest daughter, Raeni, 21, graduated with an undergraduate degree in accounting from the Semarang State University, earning a performance index of 3.96.

“I’m very grateful. My daughter has become a university graduate thanks to God’s mercy. We are a poor family. I never imagined I would be able to afford to send my child to university. She is the only person in our extended family to become a university graduate,” Mugiyono told The Jakarta Post while attending the graduation ceremony on Tuesday.

Born on Jan. 13, 1993, Raeni, who was raised by Mugiyono and her mother, Sujamah, in Kendal, another town in Central Java, was named the top performing graduate in the class of 955 students.

“I had a passion for study,” said Raeni.

“When I graduated from SMK 1 vocational high school in Kendal, I was also named the best graduate. Then I applied for a scholarship to the Semarang State University and got accepted,” she added.

She studied at the school of accounting on a full scholarship. She also received a stipend of Rp 600,000 (US$50.68) to cover costs like books and food.

Raeni Mugiyono Sujamah

A poor man’s smart daughter: Raeni (center) steps down from her father’s becak (pedicab) to participate in her graduation ceremony while Semarang State University (Unnes) rector Fathur Rokhman (left) welcomes her to the Unnes auditorium in Semarang, Central Java, on Tuesday. Raeni, daughter of Mugiyono (right) , a becak driver, emerged as Unnes’ best student with distinction. (JP/Suherdjoko)

“I hope to continue my S2 [master’s degree] abroad in England. However, I must improve my TOEFL [Test of English as a Foreign Language] score. My current TOEFL score is only 477. To study abroad, I would have to reach at least 550, so I will have to study harder,” Raeni said, adding that she wanted to become a professor someday.

Semarang State University rector Fathur Rokhman praised Raeni for her achievement. “It turns out that economic hardship is not [necessarily] a hindrance preventing a person from realizing his or her dreams,” Fathur said.

“Raeni has proven this. Though she would be welcomed to pursue her S2 here, looking at her achievements and her spirit, I would encourage her to continue her studies overseas,” he added.

Raeni plans to travel to Japan as part of a student exchange program in the near future.

“I’ve also applied for the Indonesia Mengajar [Indonesia Teaches] program. I passed the first stage, and if I am accepted, I will be placed on a remote island in Indonesia to focus my energies on teaching young children,” said Raeni.

The Semarang State University on Tuesday conferred doctorate degrees on six graduates, master’s degrees on 73 graduates and bachelor’s degrees on 995 graduates. Nineteen students graduated with a Diploma 3, or with non-degree status.

Source: Suherdjoko / Jakarta Post