Omed Omedan: Tradisi Cium Massal di Bali
Setelah tapa berata penyepian, muda mudi Banjar Banjar Kaja Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, memiliki cara unik dalam meluapkan kegembiraan. Mereka meluapkannya dengan menggelar tradisi omed-omedan yang ditingkaki aksi ciuman.
Omed-omedan merupakan sebuah tradisi budaya adiluhung dan unik Banjar Kaja Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan setiap tahun digelar usai Nyepi seperti dilaksanakan hari ini, Selasa (1/4/2014).
Tradisi ini merupakan bentuk kreatifitas pemuda-pemudi tergabung dalam Sekaa Teruna Satya Dharma Kerti. Ribuan warga tidak melewatkan untuk menyaksikan yang digelar di Jalan Sesetan, termasuk pejabat seperti Camat Denpasar Selatan AA Gede Risnawan, Kabag Kesra Setda Kota Denpasar I Gstt Bagus Mataram, Anggota DPRD Kota Denpasar I Ketut Resmiasa.
“Kami menjalankan tradisi ini sejak zaman dahulu hingga saat ini masih diwariskan warga setempat,” katanya, Kelihan Adat Banjar Kaja Sesetan I Made Sukaja, saat ditemui di temui usai acara.
Sebelum kegiatan digelar, didahului dengan ritual para Sulinggih atau Pemangku melaksanakan matur piuning di Pura Banjar setempat kemudian dilanjutkan dengan pemerikan air suci ke areal pelaksanaanOmed-omedan. Barulah, dilaksanakan persembahyangan Sekaa Teruna Satya Dharma Kerti supaya selamat dalam pelaksaanaan Omed-omedanini.
Seusai persembahyangan bersama, sambung Sukaja, diawali pementasan Barong Bangkung di areal pelaksanaan Omed-omedan. Barulah, keluar sekumpulan muda-mudi membentuk barisan yang terdiri dari 20 orang menuju arah utara dan selatan.
Setelah ada aba-aba barulah tradisi dimulai di mana pemuda dan pemudi yang ditunjuk kemudian didorong ramai-ramai hingga bertemu dan saling berhimpitan. Saat dalam jarak pendek itulah, pemuda itu berusaha mendaratkan ciuman ke arah pemudi yang dipilih.
Tak lama setelah itu, diguyur atau disiram air menandai selesainya aksi si pria yang kemudian ditarik kembali ke barisan. Warga setempat meyakini, bila acara ini tak diselenggarakan, dalam satu tahun mendatang berkah Sang Dewata sulit diharapkan dan berbagai peristiwa buruk akan datang menimpa.
“Tradisi ini mempertemukan pemuda-pemudi ini, tidak hanya menonjolkan keceriaan semata, namun lebih pada rasa kebersamaan antar sekaa teruna sehingga menimbulkan keharmonisan antar anggota” papar Sukaja.
Seorang peserta Omed-omedan Wira Suryawan, mengaku bangga, rasa persaudaraan sebagai keluarga besar Banjar Kaja semakin terpupuk. “Ini memupuk rasa memiliki dan hidup lebih bermakna ketika mengikuti prosesi ini. Sebagai Seka Teruna Teruni Banjar Kaja,” tukasnya.
Dia mengungkapkan, prosesi Omed-omedan bukan hanya sebatas pelengkap dalam hidup, lebih dari itu, sudah menjadi kisah hati. Cerita sejarah dan memberi nuansa dalam kehidupan mereka sebagai anak-anak Hindu di Banjar Kaja.
Mereka seolah sudah berjanji dalam hati melestarikan tradisi unik ini sebagai sebuah festival budaya yang tetap menonjolkan semangat kebersamaan, kedinamisan, keharmonisan, dibalut kemeriahan.
source: ydh
============================================
Tradisi Omed-Omedan (Ciuman Massal) di Bali
Omed-omedan merupakan tradisi unik masyarakat Bali setelah hari raya Nyepi yang dilakukan oleh kaum laki-laki dan perempuan yang sebagian besar adalah kaum remaja. Dalam bahasa bali omed-omedan memiliki arti tarik-tarikan. Jika festival ogoh-ogoh dilakukan sehari sebelum Nyepi, omed-omedan berlangsung satu hari setelah Nyepi ini diselenggarakan di Desa Sesetan, Denpasar Selatan, Bali. Omed-omedan telah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu, bahkan telah menjadi festival tahunan dalam kalender wisata di Denpasar
Tak ayal, tiap festival omed-omedan berlangsung selalu dibanjiri oleh peserta karena memang kegiatan ini sangat digemari oleh masyarakat bali. Adapun tata cara prosesi omed-omedan :
Masing-masing peserta dipisah menjadi dua kelompok, pria dan wanita yang berbaris satu bujur ke belakang dengan posisi berhadap-hadapan sambil memeluk perut teman didepannya, begitu juga peserta prianya.
Mereka yang akan melakukan ritual omed-omedan berada paling depan dengan posisi digendong. Mereka saling mendekat. Begitu terjangkau, mereka berciuman. Ciuman akan berhenti setelah ketua adat membunyikan pluit dan menyiramkan air. Kegiatan yang hanya boleh diikuti muda-mudi yang belum menikah ini diawali dengan prosesi berdoa bersama. Kemudian, dua kelompok tadi melakukan atraksi saling memeluk dan mencium seraya sambil mengucapkan selamat tahun baru. Saat berpelukan itulah tidak jarang pesertanya saling mencium bibir, kendati kemudian ditarik atau dilerai peserta lainnya dengan disiram air.
Meski tradisi omed-omedan tidak sesuai dengan adat ketimuran, namun festival ini hampir selalu diselenggarakan. Pernah suatu ketika omed-omedan dihentikan dan kemudian yang terjadi adalah perkelahian antara dua babi. Warga menganggap jika tradisi ini tidak diteruskan, maka ditakutkan hal-hal buruk akan terjadi. Sejak itu, omed-omedan kembali digelar setiap tahunnya.
Dan akibatnya dari festival omed-omedan ini, banyak para wisatawan domestik maupun mancanegara yang ikut menyaksikannya.
source: Panji Ismu Waskita