Investasi Kelautan
Gubernur Sulut Pimpin Diskusi Ekonomi Biru.
“Masa depan kita berada di laut”, demikian penekanan Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) DR. Sinyo Harry Sarundajang ketika memimpin acara Focus Group Discussion (FGD) tentang “Pengembangan Ekonomi Maritim Dalam Rangka Tahun Emas Sulawesi Utara” pada Sabtu 9 Agustus 2014 bertempat di Restoran City Ekstra, Kalasey, Minahasa.
FGD tersebut turut dihadiri oleh Wakil Gubernur Sulawesi Utara DR. Djouhari Kansil, MPd, Rektor Unsrat Prof. DR. Ir. Ellen Kumaat, Kepala PerwakilanBank Indonesia di Sulawesi Utara, Para Guru Besar Universitas Sam Ratulangi dan Pakar di Bidang Ekonomi, Perikanan, Kelautan, Pertanian dan Hukum, insan pers dan para Kepala SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut.
Dalam kesempatan tersebut Gubernur Sarundajang mengatakan bahwa Indonesia perlu mendorong masuknya investasi di sektor kelautan dan perikanan yang bernafaskan konsep “blue economy” agar menciptakan produksi komoditas kelautan dan perikanan yang berkualitas dan berkelanjutan.
Keberhasilan industrialisasi kelautan dan perikanan yang menerapkan konsep ekonomi biru diyakini bisa mencapai ketahanan pangan dan mensejahterakan yang mendorong peran swasta dalam pembangunan ekonomi pro lingkungan melalui pengembangan bisnis dan investasi inovatif dan kreatif.
“Masa depan kita berada di lautan, pesisir dan kepulauan. Karena itu jaga potensi sumber sumber daya ikan, rumput laut, udang serta produk lainnya dari laut,” harap Gubernur Sarundajang.
Sarundajang mengatakan, mengelola produksi perikanan bukan hanya sekedar menangkap ikan, tapi bagaimana industri pengelolaan memanfaatkan teknologi, sehingga menghasilkan produk berkualitas dan siap ekspor.
Wilayah Indonesia mencapai 5.193.252 Km2 yang terdiri atas 1.890.754 Km2 luas daratan dan 3.302.498 km2 luas lautan atau luas daratan hanya sekitar 1/3 (satu pertiga) dari luas seluruh Indonesia. Sedangkan 2/3 (dua pertiga) berupa lautan. Kenyataannya, sampai saat ini, kita masih lebih mengandalkan sumber daya alam di darat ketimbang di laut.
Pemikiran ekonomi biru yang lebih berkonsentrasi pada sektor perikanan dan kelautan sebenarnya sudah berkembang sejak era 1990-an, namun masih sebatas kajian akademis. Oleh karena itu perlu upaya dan pendekatan dalam memperkenalkan konsep ini agar menjadi bagian dari kebijakan pemerintah.
Suatu konsep yang bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi dari sektor kelautan dan perikanan, sekaligus menjamin kelestarian sumber daya serta lingkungan pesisir dan lautan.
Model pendekatannya tidak lagi mengandalkan pembangunan ekonomi berbasis eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan berlebihan. Konsep ekonomi biru dikembangkan untuk menjawab tantangan, bahwa sistem ekonomi dunia cenderung ekploitatif dan merusak lingkungan.
Artinya, konsep ini merupakan penyempurnaan sekaligus perkayaan ekonomi hijau dengan semboyan “Blue Sky-Blue Ocean”. Ekonomi tumbuh, rakyat sejahtera, langit dan laut tetap biru.
Bagi mantan Irjen Departemen Dalam Negeri ini, daerah “nyiur melambai”, sebutan Provinsi Sulawesi Utara memiliki pesisir dan laut yang luas, dan tiga kabupaten daerah kepulauan (Kepulauan Sitaro, Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talaud) menyediakan potensi dan keanekaragaman hayati sektor kelautan sangat besar.
“Potensi yang cukup besar ini belum diekspolarasi dengan baik sebagaimana seharusnya. Padahal bila dikelola dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Sumber: Humas Pemprov Sulut/HP / MenadoSatuNews.com